Kalibrasi Termometer Inframerah Paling Lengkap


Bagi teman teman yang ingin mengambil artikel ini sebagai referensi dan sebagainya tolong untuk tinggalkan pesan pada kolom komentar. Terimakasih :)

 BAB I PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

PT Mitra Usaha Presisi adalah perusahaan yang berdiri sejak tahun 2018 bergerak di bidang jasa kalibrasi, penjualan alat laboratorium, konsultan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM). Salah satu lingkup kalibrasi di laboratorium kalibrasi PT X. Termometer Inframerah (Infrared Thermometer) disebut juga Termometer laser  adalah sebuah alat ukur suhu yang  dapat mengukur temperature atau suhu tanpa bersentuhan dengan obyek yang akan diukur suhunya. Perbedaan sensor jenis ini dengan sensor-sensor suhu (temperature) lain salah satunya adalah dari cara kerja sensor, yang mana sensor jenis ini dapat mengukur temperature tanpa melakukan kontak langsung terhadap objek/target. Sensor ini sering juga disebut Pyrometer.

Dalam sebuah pengukuran tidak selamanya alat ukur yang kita gunakan itu benar dan akan terdapat kesalahan atau penyimpangan dari hasil pembacaan alat ukur tersebut. Masalah tersebut biasanya disebabkan dari pengaruh  keakuratan sensor, usia alat ukur yang semakin lama akan mempengaruhi terhadap daya baca sensor dan pengaruh lingkungan serta pengaruh dari bagaimana penggunaan alat ukur oleh penggunanya. Misalnya pada sebuah kasus pengukuran suhu mengunakan alat ukur Termometer Inframerah dimana suatu instrument untuk proses produksi yang memiliki set point 50 oC akan diukur pembacaan suhu nya. Setelah dilakukan pengukuran menggunakan Termometer Inframerah hasil pengukuran yang terbaca oleh Termometer Inframerah tidak menunjukan sesuai dengan set point instrument yang diukur (hasil pengukuran Infrared Thermometer 55 oC). Untuk memastikan kebenaran hasil pengkuran tersebut maka alat ukur yang digunakan harus dilakukan kalibrasi yaitu untuk memastikan kesalahan atau penyimpangan yang dimiliki alat ukur tersebut.

Kalibrasi Termometer Inframerah yang dilakukan mengacu pada Standard Test Method for Calibration and Accuracy Verifification of Wideband Infrared Thermometers (ASTM E2847-14) menggunakan standar black body. Black body adalah objek yang menyerap seluruh radiasi elektromagnetik yang jatuh kepadanya, tidak ada radiasi yang dapat keluar atau dipantulkannya. Pada proses kalibrasi kali ini menggunakan black body dengan nilai emisivitas 0.95 dan suhu terkalibrasi pada (50 – 350) ˚C.

 

1.2        Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian pembacaan Termometer Inframerah di PT X dapat mendeteksi radiasi thermal yang ada di alat black body melalui pancaran cahaya inframerah dengan menghitung nilai ketidakpastian dan nilai koreksi Termometer Inframerah.

 

1.3        Manfaat

Percobaan ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana keakuratan hasil pengukuran suhu yang tunjukkan Termometer Inframerah terhadap standar black body dengan suhu yang telah ditentukan.


BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

2.1        Tempat dan Waktu

Percobaan ini merupakan bagian dari kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di Laboratorium Kalibrasi PT X. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri dilakukan pada bulan Maret hingga september 2021.

2.2        Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari alat uji, alat standar, dan alat penunjang. Alat uji yang digunakan yaitu Termometer Inframerah dengan rentang suhu 50 - 350˚C. alat standar yang digunakan adalah kalibrator radiator ideal, yaitu benda hitam atau lebih umum disebut  sebagai  black body yang memiliki rentang suhu 50 – 500˚C. Alat penunjang yang digunakan adalah kuas halus, mistar dengan panjang 30 cm, dan thermohygrometer. Bahan yang digunakan adalah sarung tangan karet.

2.3        Cara Kerja

2.3.1        Tahap Preparasi

Kalibrasi Termometer Inframerah dilakukan pada kondisi suhu ruangan  20 - 25 °C ± 1 °C. Pastikan bahwa kabel power suply sudah terpasang, pada stabilzer 110 v. Display bawah merupakan indikator yang gunakan untuk seting dalam menaikan atau menurunkan temperatur. Display atas merupakan indikator untuk menunjukan nilai aktual temperatur setelah mencapai titik stabil. Sett adalah tombol fungsi untuk masuk ke dalam menu pengaturan suhu yang akan di kalibrasi, Tanda    tombol untuk menaikan temperatur, sedangkan tanda tombol untuk menurunkan temperatur. Bersihkan lensa objektif Termometer Inframerah dengan cara menghilangkan debu yang menempel dengan menggunakan kuas halus. Pembersihan dilakukan dibawah cahaya lampu. Periksa baterai dari termometer, bila sudah lemah ganti dengan baterai yang baru.

2.3.2        Tahap Kalibrasi

Black body dan Termometer Inframerah diposisikan tegak lurus pada permukaan black body. Identitas alat meliputi nama, nomor seri, merk, tipe, distance factor, dan emisivitas dicatat pada data sheet kalibrasi.

Termometer Inframerah diarahkan ke permukaan black body pada jarak yang telah disesuaikan dengan faktor jarak (distance factor) yang tertera pada alat. Black body dinyalakan pada nilai awal suhu kalibrasi, setelah suhu pada black body stabil dilakukan pengukuran suhu dengan urutan sebagai berikut: 50 ˚C, 100 ˚C, 200 ˚C, 300 ˚C, kemudian masing masing diulang sebanyak lima kali. Suhu termometer black body dinaikkan sesuai dengan titik ukur yang akan dikalibrasi selanjutnya. Langkah tersebut dilakukan sampai titik kalibrasi akhir tercapai.

Termometer Inframerah harus dipertahankan selalu terarah ke bagian tengah permukaan black body. Suhu black body diturunkan setelah proses kalibrasi selesai, misalnya pada 50 ˚C. Black body kemudian dapat dimatikan bila suhu setting sudah tercapai.

2.3.3        Tahap Pengolahan Data

Sumber-sumber ketidakpastian pada pengukuran Termometer Inframerah terdiri dari 5 sumber ketidakpastian yang meliputi ketidakpastian baku standar (black body), ketidakpastian baku resolusi alat, ketidakpastian baku keterulangan (Repeatability), Drift standar, dan ketidakpastian baku stabilitas standar.

2.3.3.2  Evaluasi Komponen Ketidakpastian

Pada percobaan ini, hasil pembacaan Termometer Inframerah untuk mendapatkan nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah menggunakan aplikasi microsoft excel. Sebelum nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah dihitung, terlebih dahulu dihitung rerata pembacaan pada setiap ulangan menggunakan rumus.

Nilai koreksi pada alat menunjukkan besar penyimpangan atau kesalahan alat dalam hal pengukuran. Nilai koreksi pada Termometer Inframerah dapat dihitung, menggunakan rumus sebagai berikut :

K = Texp − Tukur

Keterangan :

K         : Nilai koreksi ( ˚C)

Texp      : Nilai suhu standar terkoreksi ( ˚C)

Tukur     : Nilai suhu alat ( ˚C)

Nilai ketidakpastian dapat diketahui dengan menghitung nilai standar deviasi alat Termometer Inframerah dengan 5 kali ulangan menggunakan rumus SD.

        Setelah menghitung nilai rerataan yang kemudian didapatkan nilai koreksi, maka selanjutnya menentukan nilai standar deviasi menggunakan rumus diatas. Kemudian sumber ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah yang telah ditentukan dapat dihitung menggunakan rumus. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung nilai komponen ketidakpastian Termometer Inframerah:

2.3.3.2.1        Ketidakpastian baku standar black body

        Pembacaan pada black body mempunyai ketidakpastian bentangan hasil kalibrasi alat standar dengan tingkat kepercayaan 95% (U95). Ketidakpastian standar ini mempunyai distribusi normal, dengan nilai k (coverage factor) pada sertifikat kalibrasi alat standar. Black body calibrator yang digunakan yang mempunyai ketidakpastian.

2.3.3.2.2        Ketidakpastian baku stabilitas standar

Ketidakpastian baku akibat resolusi mempunyai distribusi rectangular.

2.3.3.2.3        Ketidakpastian baku resolusi alat

Keterbatasan pembacaan pada alat akibat resolusi menimbulkan suatu ketidakpastian pengukuran. Batas kesalahan pembacaan akibat keterbatasan resolusi ditetapkan sebesar setengah dari resolusi alat. Ketidakpastian baku akibat resolusi mempunyai distribusi rectangular.

2.3.3.2.4        Ketidakpastian Repeatability

Nilai yang terbaca oleh alat pada pengukuran yang berulang mempunyai ketidakpastian baku sebesar ESDM (Experimental Standard Deviation of the Mean).

2.3.3.2.5        Ketidakpastian drift standar

Black body mempunyai pola drift dari hasil kalibrasi yang terdahulu. Ketidakpastian baku akibat drift mempunyai distribusi rectangular.

2.3.3.2.6        Ketidakpastian Gabungan

Nilai komponen ketidakpastian yang diperoleh kemudian digabungkan dan digunakan untuk menghitung nilai ketidakpastian bentangan atau diperluas. Berikut merupakan rumus untuk menghitung nilai ketidakpastian baku gabungan dan ketidakpastian bentangan Termometer Inframerah.

2.3.3.2.7        Ketidakpastian Bentangan

Ketidakpastian bentangan dihitung dengan mengalikan ketidakpastian baku gabungan dengan faktor cakupan k. Faktor cakupan k nilainya tergantung pada derajat kebebasan efektif Veff dan tingkat kepercayaan 95%.

Nilai koreksi dan nilai ketidakpastian pengukuran Termometer Inframerah pada pembacaan standar black body didapatkan dari pengolahan data menggunakan aplikasi microsoft excel.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

        Radiasi Inframerah merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik. Range Inframerah diantara cahaya tampak dan gelombang radio. Panjang gelombang Inframerah biasanya dinyatakan dalam mikron, dengan sepektrum Inframerah diantara 0,7-1000 mikron. Hanya 0,7-14 micron yang digunakan untuk pengukuran temperatur menggunakan infra merah. Radiasi Inframerah tidak bisa dilihat, namun manusia bisa merasakannya sebagai panas. Masing-masing benda dengan temperatur diatas nol absolut (-273,15°C = 0 Kelvin) memancarkan radiasi elektromagnetik dari permukaannya. Dimana radiasi ini sebanding dengan temperatur intrinsik. Bagian dari temperatur intrinsik ini adalah radiasi Inframerah yang kemudian bisa digunakan untuk mengukur temperatur benda (RALEIGH, 2008).

Tujuan utama dari kalibrasi Termometer Inframerah adalah membuat adanya keterkaitan antara hasil pengukuran termometer dengan standar nasional. Keterkaitan tersebut dapat diperoleh melalui serangkaian proses  kalibrasi sehingga tercipta suatu jalur komparasi yang tidak terputus antara standar nasional dan termometer tersebut (WIRIADINATA, 2015).

 

3.1              Kalibrasi Termometer Inframerah

Benda yang secara keseluruhan non-reflective dan buram akan menyerap energi radiasi yang diterima permukaan benda itu. Tipe benda ini adalah absorber sempurna dan akan menjadi pemancar sempurna radiasi infra merah yang biasa disebut benda hitam. Perlu diingat bahwa benda hitam adalah alat secara teori, dimana tidaklah sama dengan hitam pada warna. Di lapangan, ditemukan bahwa permukan benda bukan absorber sempurna dan cenderung untuk memancarkan dan merefleksikan energi infra merah. Objek non-benda hitam akan menyerap energi lebih sedikit dibanding benda hitam pada kondisi yang sama. Karena itu objek non-benda hitam akan meradiasi lebih sedikit energi infra merah meskipun pada temperatur yang sama. Pemahaman akan kemampuan permukaan untuk meradiasi energi infra merah sangat penting untuk mencapai pengukuran akurat dengan termometer infra merah.

Emisivitas adalah perbandingan antara energi yang diradiasi oleh material terhadap energi yang diradiasi benda hitam pada temperatur yang sama. Ini berhubungan dengan mengukur kemampuan material untuk menyerap dan meradiasi energi. Benda hitam sesungguhnya memiliki ε = 1 sedangkan benda nyata memiliki ε < 1.

Agar Termometer Inframerah dapat mengukur dengan teliti, detektornya harus memiliki respons spektral pada salah satu panjang gelombang tersebut. Daerah panjang gelombang Inframerah mencakup sebagian besar suhu rendah dan menengah sehingga Termometer Inframerah memiliki kemampuan untuk mengukur suhu yang dimulai dari suhu -50 ˚C sampai dengan 2.000 ˚C bergantung pada respons spektral detektor yang digunakan oleh Termometer Inframerah. Pada Tabel 1. ditunjukkan rentang ukur Termometer Inframerah untuk berbagai panjang gelombang.

Tabel 1. rentang ukur Termometer Inframerah untuk berbagai panjang gelombang.

Detektor

Respon spektral (mm)

Rentang ukur ( ˚C)

Pyroelectric

8-13

-50 – 1000

Pyroelectric

8-14

-50 – 500

InGaAs

1.6

150 – 1000

Silicon

0.9

400 – 2000

Pengukuran suhu dengan Termometer Inframerah merupakan pengukuran suhu secara nonkontak dengan berdasarkan bahwa setiap benda yang suhunya diatas 0 K (-273,15˚C) akan mengemisikan radiasi panas yang besarnya sebanding dengan suhu benda tersebut. Termometer nonkontak akan mengukur radiasi panas tersebut dan mengubahnya menjadi besaran suhu yang ditampilkan pada layar peraga (display) termometer tersebut (WIRIADINATA, 2015).


3.2              Nilai Koreksi Termometer Inframerah

Termometer yang akan dikalibrasi memiliki rentang suhu (50-350) °C dengan resolusi 0,1 °C. Titik yang kalibrasi dilakukan pada (50,0; 100,0; 200,0; 300,0) serta nilai emisivitas alat standar sebesar 0,95. Proses kalibrasi dilakukan di laboratorium kalibrasi dengan suhu ruang (20-25) °C dan kelembaban udara 50-50-60%RH.

Ketertelusuran Termometer Inframerah tersebut dinyatakan dengan nilai koreksi, yaitu selisih antara nilai penunjukan suhu standar dengan suhu alat yang dikalibrasi. Hasil kalibrasi Termometer Inframerah dan nilai koreksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Koreksi Termometer Inframerah

Setting Temperature (°C)

Pembacaan IR Sensor (°C)

Rata-rata

(°C)

Koreksi Rata-rata

(°C)

Stdev

Koreksi Standar

(°C)

1

2

3

4

5

50

Standar

50.0

50.0

50.0

50.0

50.0

49.7

1.8

0.0447

-0.3

Alat

47.9

47.8

47.9

47.9

47.9

47.9

100

Standar

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

99.6

4.9

0.0548

-0.4

Alat

94.8

94.7

94.7

94.7

94.8

94.7

200

Standar

200.0

200.0

200.0

200.0

200.0

199.5

9.1

0.0894

-0.5

Alat

190.4

190.6

190.4

190.4

190.4

190.4

300

Standar

300.0

300.0

300.0

300.0

300.0

299.1

13.1

0.0837

-0.9

Alat

285.9

286.1

285.9

286.0

286.0

286.0

Menurut WIRIADINATA (2015), Agar koreksi dan ketidakpastian hasil kalibrasi dapat dipergunakan, harus ada kesesuaian antara jarak pada proses kalibrasi dengan jarak optimalnya. Bila tidak sesuai, kemungkinan bisa terjadi kesalahan pengukuran karena faktor size of source effect (SSE). Nilai koreksi Termometer Inframerah pada percobaan ini didapatkan dari selisih antara nilai rerata suhu standar dan rerata suhu alat. Nilai koreksi yang dihasilkan pada setiap titik ukur bervariasi, dalam tabel diatas didapatkan semakin tinggi suhu yang di setting maka semakin besar pula nilai koreksi dan juga nilai standar deviasi yang didapatkan seperti pada suhu 50 ˚C nilai koreksi sebesar 1.8 berbeda jauh dengan suhu 100 dengan nilai koreksi 4.9 begitu pula dengan suhu diatasnya. Nilai koreksi dan standar deviasi yang makin besar menyebabkan ketidakseragaman data dimana data standar jauh dengan data yang ada pada alat, hal ini dapat disebabkan karena faktor kestabilan alat, jarak atau pengaruh dari lingkungan pada saat dilakukan proses pengukuran.

Pengaruh suhu pembacaan kalibrasi Termometer Inframerah juga disebabkan radiasi panas dari target ukur mengalami penghamburan (scattering) dan difraksi (diffraction) sehingga arah radiasi panas melenceng dari arah yang menuju detektor termometer. Di samping itu, radiasi panas dari benda lain yang tidak tercakup oleh medan pandang Termometer Inframerah kemungkinan bisa masuk ke sistem optik dan terdeteksi oleh detektor Termometer Inframerah. Karena tiga hal ini, akan terjadi kesalahan pengukuran akibat faktor jarak yang berkaitan dengan ukuran diameter target ukur. Kesalahan pengukuran ini disebut size of source effect (SSE) (SAUNDERS DAN HAMISH, 2009).

Gambar 3. Perbandingan spot dan jarak untuk pengukuran

Sesuai metode ASTM E 2847-14 untuk menentukan jarak tembak sebagai referensi sesuai dengan spesifikasi Distance (jarak) yang tertera pada Termometer Inframerah yang akan di kalibrasi dan dalam percobaan ini jarak optimal untuk kalibrasi alat Termometer Inframerah adalah 300 mm atau 30 cm.

 

3.3              Estimasi Ketidakpastian Termometer Inframerah

        Menurut KAN (2003), ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat dikaitkan dengan      nilai      terukur.            Yang memberikan rentang, terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut terletak nilai benar dengankemungkinan tertentu. Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti tentang nilai besaran ukur. Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik masih berupa taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat ketidakpastian yang berasal dari pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang tidak sempurna.

Tabel 3. Ketidakpastian Termometer Inframerah

Temperature (°C)

Faktor cakupan

ketidakpastian gabungan(°C)

Ketidapastian bentangan(°C)

50

2,0

1,46

2,9

100

2,0

1,41

2,8

200

2,0

1,61

3,2

300

2,0

1,91

3,8

 

          Seluruh komponen ketidakpastian kemudian dikombinasikan untuk mendapatkan nilai ketidakpastian gabungan (Uc). Masing-masing komponen ketidakpastian baku dikalikan dengan koefisien sensitivitas (Ci), koefisien sensitivitas mengkonversi semua komponen ketidakpastian ke dalam satuan yang sama dengan besaran ukur. Pada kalibrasi Termometer Inframerah, setiap ketidapastian baku memiliki satuan yang sama sehingga nilai koefisien sensitivitas adalah 1. Untuk beberapa aplikasi komersial, industri, dan regulasi diperlukan nilai ketidakpastian dengan tingkat kepercayaan diatas 68%. Ukuran ketidakpastian yang  memenuhi persyaratan  ini disebut  ketidakpastian diperluas  (U95 ) pada  rentang  kepercayaan  95%,  yang  diperoleh  dengan  mengalikan  dengan faktor cakupan (k).

        Secara umum, nilai faktor cakupan k dipilih berdasarkan tingkat kepercayaan yang diinginkan untuk dihubungkan dengan interval yang ditentukan oleh U = k.uc(y). Biasanya, k berada dalam kisaran 2 sampai 3. Ketika distribusi normal berlaku dan uc(y) adalah suatu estimasi yang sesuai dengan simpangan baku dari y maka U = 2.uc(y) (yaitu, k = 2) adalah ketidakpastian yang memiliki tingkat kepercayaan sekitar 95%, dan U = 3.uc(y). (yaitu, k = 3) adalah ketidakpastian yang memiliki tingkat kepercayaan sekitar 99,7%. Dan di PT X kalibrasi untuk alat ukur suhu Termometer Inframerah berada dalam selang kepercayaan 95% yang artinya nilai faktor cakupan yang diambil adalah sebesar 2.

Tabel 4. Pelaporan hasil estimasi ketidakpastian Termometer Inframerah

Temperature (°C)

Rata-rata

Koreksi(°C)

Ketidakpastian(°C)

Pelaporan hasil uji

50

Standar

49,7

1,8

2,9

50 ± 2,9

Alat

47,9

100

Standar

99,6

4,9

2,8

100 ± 2,8

Alat

94,7

200

Standar

199,5

9,1

3,2

200 ± 3,2

Alat

190,4

300

Standar

299,1

13,1

3,8

300 ± 3,8

Alat

286,0

 

Berdasarkan Tabel 4. Ketidakpastian yang didapatkan dari  Termometer Inframerah yang dilakukan sebanyak 5 kali ulangan mendapatkan nilai ketidakpastian berbeda beda. Ini dikarenakan setiap kenaikan suhu terdapat beberapa faktor yang menghambatnya seperti ada kondisi ruangan laboratorium yang tidak stabil, jarak yang kadang tidak sesuai dengan pengulangan sebelumnya, dan kesalahan analis. Ketidakpastian pada suhu 50˚C didapatkan nilai ketidakpastian 2,9, nilai ketidakpastian memberikan perkiraan lokasi nilai ukur sebenarnya yang dimana pada suhu 50 ˚C memiliki rentang (50,0 ± 2,9) ˚C. artinya nilai sebenarnya pada suhu 50 ˚C berada pada rentang (47,1 – 52,9) ˚C. Sama halnya dengan suhu 100 ˚C; 200 ˚C; 300 ˚C Ketelitian  suatu  pengukuran akan ditentukan oleh besar dan kecilnya nilai ketidakpastian dari pengukuran tersebut. Semakin kecil ketidakpastiannya maka semakin teliti suatu pengukuran. Karena ketidakpastian selalu menyertai setiap pengukuran, pelaporan hasil pengukuran akan lengkap bila disertai dengan informasi ketidakpastian dan untuk melakukan estimasi nilai ketidakpastian bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena hal ini memerlukan beberapa pendukung, salah satu di antaranya adalah kompetensi seseorang dalam bidang pekerjaannya., semakin kecil nilai ketidakpastian maka semakin teliti suatu pengukuran. Karena hasil estimasi ketidakpastian dipengaruhi oleh profesionalitas individu maka bisa jadi nilai estimasi ketidakpastian yang diperoleh akan berbeda untuk kasus pengukuran yang sama sehinggga akan menimbulkan masalah hasil ukur antara pengukur yang satu dan yang lain. Hal seperti ini mungkin bisa dikurangi bila masing-masing individu mengacu pada panduan yang sama dalam menghitung ketidakpastian (WIRIADINATA, 2009).

Menurut NICHOLAS AND WHITE (2005), Ketelitian pengukuran suhu Termometer Inframerah sangat bergantung kepada jarak saat pengukuran dilakukan, jarak yang sangat dekat dapat membuat pengukuran suhu menjadi lebih teliti namun sensor akan dipaksa terus menerus bekerja pada kemampuan maksimumnya sehingga dapat membuat termometer menjadi rusak, jarak yang terlalu jauh juga dapat membuat ketelitian pembacaan Inframerah tidak teliti karena radiasi panas yang merambat di udara akan mengalami hambatan dalam bentuk penyerapan oleh uap air dan CO2 serta hamburan oleh debu sehingga besarnya radiasi panas yang diterima oleh Termometer Inframerah tidak utuh lagi. Adanya hamburan radiasi panas oleh debu merupakan hambatan yang tidak bisa diatasi sehingga dipilih  jarak optimal untuk kalibrasi Termometer Inframerah yaitu pada jarak 30 cm. suhu lingkungan juga mempengaruhi pengukuran suhu karena adanya jarak antara Termometer Inframerah dengan black body mengakibatkan adanya ruang yang dapat diisi oleh suhu lingkungan dan menyebabkan Termometer Inframerah juga akan membaca suhu lingkungan, jika dibawah suhu 20˚C maka suhu yang terbaca di Termometer Inframerah bisa lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat pada black body.

Kesalahan lain yang dapat menyebabkan pengukuran Termometer Inframerah menjadi besar ialah tidak sesuainya emisivitas benda dengan alat Termometer Inframerah. Termometer Inframerah akan menunjukkan hasil ukur yang salah bila emisivitas Termometer tersebut tidak diubah sama dengan emisivitas benda yang diukur. Sebelum melakukan pengukuran, emisivitas target ukur harus terlebih dahulu diketahui ( WIRIADINATA, 2015).

BAB IV SIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan kalibrasi Termometer Inframerah di PT X mengacu pada Standard Test Method for Calibration and Accuracy Verifification of Wideband Infrared Thermometers (ASTM E2847-14) dengan standar black body. Hasil kalibrasi diperoleh ketidakpastian bentangan dengan tingkat kepercayaan 95% untuk masing masing suhu yaitu (50,0 ± 2,9; 100 ± 2,8; 200 ± 3,2; 300 ± 3,8) ˚C dengan nilai koreksi masing masing titik ukur yaitu (1,8; 4,9; 9,1; 13,1).

Keyword: kalibrasi termometer inframerah, kalibrasi termometer gun, kalibrasi thermometer infrared, kalibrasi termometer radiasi, kalibrasi termometer digital.

 

Bagikan ke temanmu!

Artikel mfb lainnya

Previous
Next Post »